BAB I
PENDAHLUAN
1.
Latar Belakang
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa Negara Indonesia memiliki beragam budaya yang saling
melengkapi. Akan tetapi, sebelum kita membahas lebih jauh lagi tentang
budaya-budaya yang ada di Indonesia, alangkah lebih baiknya kita mengetahui apa
yang dimaksud dengan budaya itu sendiri.
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni.
Selain tentang budaya, sesuai dengan SAP dalam mata
perkuliahan Komunikasi Lintas Budaya, ada pembahasan tentang Identitas Budaya.
Kami akan memncoba memberikan apa yang telah kami ketahui di pembahasan pada
bab selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
2.
Rumusan Masalah
1) Apa
pengertian identitas?
2) Ada
berapa jenis identitas?
3) Apa
pengertian budaya?
4) Apa
peran dari identitas budaya?
5) Apa
itu identitas budaya?
6) Apa
itu identitas budaya keseharian?
7) Bagaimana
pembentukan dari identitas budaya?
3.
Tujuan
1) Dapat
mengetahui pengertian dari identitas
2) Mengetahui
jenis dari identitas
3) Mengetahui
pengertian budaya
4) Dapat
menjelaskan peran dari identitas budaya
5) Mengetahui
pengertian dari identitas budaya
6) Dapat
menjelaskan identitas budaya keseharian
7) Mengetahui
bagaimana pembentukan dari identitas budaya
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian identitas
Definisi identitas. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri,
tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu
sehingga membedakan dengan yang lain. Identitas juga merupakan keseluruhan atau
totalitas yang menunjukkan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati
diri dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari
tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaaan, sikap,
sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang
tersebut berbeda dengan orang yang lainnya.
Pada tataran teknis, pengertian
etimologis di atas hanya sekedar menunjukkan tentang suatu kebiasaan untuk
memahami identitas dengan kata ‘identik’, misalnya menyatakan sesuatu itu mirip
satu dengan yang lain.
Kita kini tidak bicara pada tataran teknis,
tetapi pada tataran hubungan antarmanusia dan hubungan sosial di mana konsep
identitas ternyata lebih kompleks. Karena itu, pada tataran hubungan
antarmanusia mungkin lebih tepat yang kita maksudkan bukan sekedar istilah
identik, melainkan identitas yang berarti:
1) Membuat sesuatu menjadi identik atau
sama, misalnya mempertimbangkan sesuatu itu sama artinya dengan melihat peluang
(mengidentifikasi satu minat dibandingkan minat yang lain).
2) Mengakui keberadaan sesuatu yang
dilihat, diketahui, digambarkan, atau yang kita klaim, apakah dia manusia atau
benda (mengidentifikasi sebuah spesimen biologis).
3) Menghubungkan, atau membuat sesuatu
menjadi lebih dekat (mengidentifikasi pikiran madzhab yang mempengaruhi dia).
4) Kaum psikoanalisis menggunakan
istilah identify untuk menerangkan rincian aspek-aspek psikologis yang
dimiliki seseorang dan membandingkannya dengan aspek-aspek psikologis yang
dimiliki orang lain.
5) Meletakkan seseorang ke dalam tempat
orang lain, sekurang-kurangnya meletakkan atau mempertukarkan pikiran,
perasaan, masalah, dan rasa simpatik (empati).
Pengertian identitas pada tataran
hubungan antarmanusia akan mengantarkan kita untuk memahami sesuatu yang lebih
konseptual, yakni tentang bagaimana meletakkan seseorang ke dalam tempat orang
lain (komunikasi yang empatik), atau sekurang-kurangnya meletakkan atau berbagi
(to share) pikiran, perasaan, masalah, dan rasa simpatik (empati) dalam
sebuah proses komunikasi antarbudaya. Pada tataran inilah, identitas harus
dipahami sebagai cara mengidentifikasi (melalui pemahaman terhadap identitas)
atau merinci sesuatu yang dilihat, didengar, diketahui, atau yang digambarkan,
termasuk mengidentifikasi sebuah spesimen biologis (merinci ciri atau
karakteristik fisik), bahkan mengidentifikasi pikiran seseorang dengan mahdzab
yang mempengaruhi, merinci aspek-aspek psikologis.
2. Jenis Identitas
Secara umum kita katakan bahwa jenis identitas terbagi
menjadi identitas sosial dan kultural, sebagaimana yang dibahas oleh Martin dan
Nakayama, meliputi:
a) Gender versus Seks: Gender
Pembicaraan tentang identitas gender akan berkaitan dengan pembedaan
peran perempuan dan laki-laki dalam pandangan kultur maupun sosial. Sebaliknya,
kalau kita bicara tentang identitas seks maka kita hanya akan berbicara tentang
perbedaan fungsi-fungsi biologis manusia berdasarkan jenis kelamin.
b) Pembentukan Makna Rasial
Cara pandang baru untuk mengidentifikasi ras lebih sebagai “complex
of sosial meaning” untuk menunjukkan manakah kategori ras (identitas) yang
asli dan ras keturunan.
c) Bounded
vs. Dominant Identities
Adalah konsep yang menujukkan persepsi tentang kekhasan
sekelompok orang dengan perilaku tertentu meskipun kelompok itu bukan merupakan
kelompok dominan.
d) Kelompok ‘Whiteness’?
Dominasi ras berkulit putih yang membedakan dirinya dengan
ras lain.
e) Multirasialitas/Multikulturalitas
Di dasarkan pada sikap manusia terhadap perbedaan budaya itu
sendiri. Di mana individu dapat menjadi makelar dari kebudayaan dan menjadi
fasilitator antar budaya.
3. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem
agama
dan politik,
adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Bahasa,
sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan
individu dengan alam"
di Jepang
dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia
makna
dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
4. Peran dan Identitas Budaya
Kebanyakan orang – dengan cara yang
amat sederhana – menunjukkan identitas ornag lain berdasarkan peran mereka
dalam suatu masyarakat. Dalam ranah sosiologi, peran diartikan sebagai satu set
harapan budaya terhadap sebuah posisi tertentu. Kita akan mengatakan si A sebagai
seorang Bos jika dia menampilkan ‘identitas’ diri, kepribadian, serta perilaku
verbal dan nonverbal sebagaimana layaknya seorang Bos.
Terdapat pembedaan yang tegas antara hubungan peran sebagai
sebuah identitas dengan struktur kebudayaan dan struktur sosial. Karena itu,
kita harus jeli membedakan antara peran yang diharapkan sebagai bagian dari
struktur budaya suatu masyarakat dengan tampilan peran yang merupakan bagian
dari struktur sosial suatu masyarakat. Yang dimaksud dengan struktur budaya
adalah pola-pola persepsi, berpikir dan perasaan, sednagkan struktur sosial
adalah pola-pola perilaku sosial. Dalam kehidupan manusia dapat digambarkan
seperti berikut:
Struktur budaya à pola persepsi, berpikir, perasaan à
identitas budaya
Struktur sosial à pola-pola perilaku sosial à identitas social
Dengan
demikian, maka dapat dipahami bahwa identitas itu ditentukan oleh struktur
budaya maupun struktur sosial.
5. Identitas Budaya
Identitas adalah jati diri yang dimiliki seseorang yang ia
peroleh sejak lahir hingga melalui proses interaksi yang dilakukannya setiap
hari dalam kehidupannya dan kemudian membentuk suatu pola khusus yang
mendefinisikan tentang orang tersebut. Sedangkan Budaya adalah cara hidup yang
berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Sehingga Identitas Budaya memiliki pengertian
suatu karakter khusus yang melekat dalam suatu kebudayaan sehingga bisa
dibedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Dalam Lintas
Budaya, setiap orang seharusnya memahami masing-masing budaya yang ada di
sekitarnya sehingga dapat beradaptasi ketika berada di kebudayaan yang berbeda.
Identitas budaya memiliki beberapa pendekatan dalam pengertiannya yaitu adalah
:
1) Kesempurnaan rasa dalam seni dan
kemanusiaan.
2) Pola yang terintegrasi dari
pengetahuan manusia, keyakinan, dan perilaku, yang bergantung pada kemampuan
atau kapasitasnya dalam pemikiran secara simbolik dan pembelajaran secara
sosial.
3) Seperangkat sikap, nilai – nilai,
sasaran dan tindakan yang diyakini bersama, yang kemudian menjadi ciri, sifat
atau karakter dari sebuah organisasi atau kelompok.
6. Memahami Identitas Budaya Keseharian
Dalam pengertian sederhana yang kita maksudkan dengan
identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan
yang dimiliki oleh sekelompok ornag yang kita ketahui batas-batasnya tatkala
dibandingkan dnegan karekteristik atau ciri-ciri orang lain.
Kenneth Burke mengatakan bahwa menentukn identitas budaya
itu sangat tergantung pada bahasa, sebagaimana representasi bahasa menjelaskan
semua kenyataan atas semua identitas yang dirinci kemudian dibandingkan. Lisa
Orr juga menegaskan bahwa untuk mengetahui identitas ornag lain – pada awal
berkomunikasi – merupakan pertanyaan yang paling sulit, apa;agi kalau
berkeinginan mengetahui kebudayaan otentik dari orang itu. Mengenal identitas
seseorang tidak bisa hanya dengan sepotong-potng karena identitas budaya
merupakan cultural totalization.
7. Pembentukan Identitas Budaya
Identitas kebudayaan kita dikembangkan melalui proses yang
meliputi beberapa tahap:
1) Identitas budaya yang tak disengaja
Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara tidak
disengaja atau tidak disadari. Anda terpengaruh oleh budaya dominan hanya
karena Anda merasa budaya milik Anda kurang akomodatif, sehingga Anda
ikut-ikutan membentuk identitas baru.
2) Pencarian Identitas Budaya
Pencarian identitas budaya meliputi sebuah proses
penanjakan, bertanya,d an uji coba atas sebuah identitas lain, di mana Anda
terus mencari dan belajar tentang itu dengan melakukan penelitian mendalam,
bertanya pada keluarga atau teman, atau bahkan melacaknya secara ilmiah.
3) Identitas Budaya yang Diperoleh
Yaitu bentuk identitas yang dirincikan oleh kejelasan dan
keyakinan terhadap penerimaan diri aAnda melalui interaksi kebudayaan sehingga
membentuk identitas Anda.
4) Konformitas: Internalisasi
Proses pembentukan juga identitas dapat diperoleh melalui
internalisasi yang membentuk konformitas. Jadi, proses internalisasi berfungsi
untuk membuat norma-norma yang Anda miliki menjadi sama dengan norma-norma yang
dominan, atau membuat norma yang Anda miliki berasimilasi ke dalam kultur
dominan.
5) Resistensi dan Separatisme
Adalah pembentukan identitas sebuah kultur dari sebuah
komunitas tertentu sebagai suatu komunitas yang berperilaku eksklusif untuk
menolak norma-norma kultur dominan.
6) Integrasi
Pembentukan dengan cara seseorang atau sekelompok orang
mengembangkan identitas baru yang merupakan hasil integrasi pelbagai budaya
dari komunitas ata masyarakat asal.
Adapun faktor-faktor pembentuk
Identitas budaya adalah kurang lebih sebagai berikut :
a. Kepercayaan. Kepercayaan menjadi
faktor utama dalam identitas budaya, tanpa adanya kepercayaan yang di anut maka
tidak akan terbentuk suatu identitas budaya yang melekat pada suatu kebudayaan.
Biasanya kepercayaan ini muncul dari amanah para leluhur terdahulu yang
menyakini tentang suatu kegiatan yang biasa dilakukan oleh suatu budaya yang
tentunya berbeda antara budaya satu dengan budaya lainnya. Contohnya
mempercayai tradisi pecah telur pada saat resepsi pernikahan yang dipercaya
sebagai salah satu tradisi penting masyarakat Jawa dalam resepsi pernikahan.
b. Rasa aman. Perasaan aman atau
positif bagi penganut suatu kebudayaan menjadi faktor terbentuknya identitas
budaya, karena tanpa adanya rasa aman dari pelaku kegiatan budaya maka tidak
akan dilakukan secara terus menerus sesuatu yang dianggapnya negatif dan tidak
aman. Contohnya tidak ada kebiasaan menyakiti sesama karena dianggap saling
menyakiti adalah tidak memberikan rasa aman bagi siapapun.
c. Pola perilaku. Pola perilaku juga
menjadi faktor pembentuk identitas budaya, bagaimana pola perilaku kita
dimasyarakat mencerminkan identitas budaya yang kita anut. Dalam hal ini biasa
terjadinya diskriminasi terhadap orang-orang tertentu yang berprilaku kurang
baik menurut orang sekitarnya yang pada umumnya didalam budaya orang tersebut
adalah sesuatu yang wajar dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
identitas budaya maupun yang berkaitan erat dengan identitas budaya yaitu :
I.
Asimilasi budaya
Pengertian asimilasi budaya adalah pembauran dua kebudayaan
yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk
kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan
antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi
usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas
perbedaan antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas
antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan
kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok.
Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah
golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan
minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan
tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas; sehingga lambat laun
kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke
dalam kebudayaan mayoritas.
Faktor penghambat asimilasi budaya :
1.
Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi.
2.
Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain.
3.
Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu
kebudayaan terhadap yang lain.
4.
Toleransi dan simpati yang kurang dari pihak mayoritas.
Contoh
dari asimilasi budaya adalah :
Salah satu contoh proses asimilasi
adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan
Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah
penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga
mengakibatkan terjadinya asimilasi, terutama diwilayah Riau. Hal ini terlihat
dari banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa-Melayu,
Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.
II. Akulturasi
budaya
Akulturasi (acculturation atau
culture contact) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Faktor-faktor yang menyebabkan
Akulturasi budaya sebagai proses hilangnya suatu identitas budaya adalah :
1) Individu-individu dari kebudayaan
asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing.
2) Saluran-saluran yang dilalui oleh
unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima terbuka
lebar.
3) Sifat penerima tanpa adanya
filtering dari masyarakat Indonesia yang menyebabkan budaya asing yang negatif
pun dengan sangat mudah masuk dan menjadi budaya Indonesia sekarang.
Contoh dari Akulturasi budaya positif :
Kereta
Singa Barong kota Cirebon, yang dibuat pada tahun 1549, merupakan refleksi dari
persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta ini merupakan
perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya,
bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak.
Belalai
gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu,kepala naga
melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap
dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
Contoh dari Akulturasi budaya negatif :
Mulai
masuknya budaya free sex dikalangan remaja yang merupakan ciri khas dari
beberapa budaya luar yang mulai merasuki budaya Indonesia seiring dengan
perkembangan jaman.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa jika kita
bicara identitas maka kita hanya bicara tentang karakteristik tertentu dan
karakteristik itu merupakan penunjuk untuk mengenal kelompok lain sehingga memudahkan
kita berkomunikasi dengan mereka. Sebaliknya, jika kita bicara tentang pola
budaya maka yang kita tekankan adalah bagaimana sebuah identitas itu terbentuk
dari pandangan dan gagasan tertentu yang pada giliranya membimbing mereka.
Sehingga identitas itu bersifat statis, dan pola budaya merupakan sesuatu yang
hidup.
Indonesia,
yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki warisan budaya yang sangat
kaya. Berbagai macam tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki Indonesia seperti
menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Indonesia menjadi kaya karena
budayanya. Kekayaan budaya itu ditambah lagi dengan masuknya berbagai unsur
kebudayaan asing ke dalam Indonesia melalui proses akulturasi dan asimilasi.
Akulturasi adalah bergabungnya dua kebudayaan atau lebih sehingga menciptakan
suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian dari kebudayaan asli.
Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga
menghasilkan suatu kebudayaan baru, yang berbeda dengan kebudayaan aslinya.
Asimilasi ini biasa terjadi pada golongan minoritas dan golongan mayoritas pada
suatu tempat.
2.
Saran
boleh minta daftar referensi atau daftar pustakanya? terima kasih :)
BalasHapusBoleh minta daftar pustakanya?
HapusBoleh minta daftar pustakanua kah? Terima kasih
BalasHapus