BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang
artinya contoh, comotan atau mencomot yaitu mengambil sebagian saja dari yang
banyak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan yang banyak adalah populasi. Dalam
suatu penelitian, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam
populasi karena akan memakan banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu
dilakukan pengambilan sampel, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang
benar-benar representasi atau yang mewakili seluruh populasi. Dalam suatu
penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel adalah
memperhitungkan masalah efisiensi ( waktu dan biaya) dan masalah ketelitian
dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian
karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara
teliti. Seorang peneliti dalam suatu penelitian harus memperhitungkan dan
memperhatikan hubungan antara waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan
dengan presisi ( tingkat ketepatan ) yang akan diperoleh sebagai pertimbangan
dalam menentukan metode pengambilan sampel yang akan digunakan.
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin
dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmian
boleh dikatakan hampit selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari
hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap
sampel, tidak terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini
mengandung risiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan,
karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Berbagai
teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara-cara untuk memperkecil
kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapt dicapai kalau
diperoleh sampel yang representastif, yaitu sampel yang benar-benar
mencerminkan populasinya
b. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Penelitian?
2. Apa
pengertian Sampel?
3. Bagaimana
cara menentukan Sampel?
4. Bagaimana
Teknik Pengambilan Sampel?
5. Bagaimana
mengaplikasikan Random Sampling dan Randon Non Sampling?
6. Apa
petunjuk untuk pengambilan Sampel?
7. Apa
saja yang perlu diperhatikan dalam penarikan Sampel?
c. Tujuan
1. Mengetahui
apa pengertian penelitian
2. Mengetahui
pengertian sampel
3. Mengetahui
cara menentukan sampel
4. Mengetahui
teknik pengambilan sampel
5. Mengetahui
cara mengaplikasikan Random Sampling dan Randon Non Sampling
6. Mengetahui
petunjuk untuk pengambilan sampel
7. Mengetahui
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penarikan sampel
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sifat
formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan
aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan
ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat
dipertanggung jawabkan, memecahkan problem malalui hubungan sebab dan akibat,
dapat diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama.
Pengertian Penelitian
menurut Kerlinger (1986) adalah proses penemuan yang mempunyai karakteristik
sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau
jawaban sementara. Beberapa karakteristik penelitian sengaja ditekankan oleh
kerlinger agar kegiatan penelitian memang berbeda dengan kegiatan profesional
lainnya. Penelitian berbeda dengan kegiatan yang menyangkut tugas-tugas
wartawan yang biasanya meliput dan melaporkan berita atas dasar fakta.
Pekerjaan mereka belum dikatakan penelitian, karena tidak dilengkapi
karakteristik lain yang mendukung agar dapat dikatakan hasil penelitian, yaitu
karakteristik mendasarkan pada teori yang ada dan relevan dan dilakukan secara
intensif dan dikontrol dalam pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian
penelitian adalah sauah seseorang yang dilakukan secara
sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara
sistematis, dikontrol dan mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan
gejala yang ada.
b.
Pengertian
Sampel
Sampel ialah bagian dari
populasi yang menjadi suatu objek penelitian. Hasil pengukuran atau
karakteristik dari sampel disebut dengan “Statistik”.
Terdapat alasan pentingnya
pengambilan sampel ialah sebagai berikut :
1.
Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2.
Lebih cepat dan lebih mudah.
3.
Memberikan informasi yang lebih banyak dan dalam.
4.
Dapat ditangani lebih teliti.
5. Sampel juga sebagian dari populasi, sebab sampel
bagian dari populasi dan sampel pasti mempunyai ciri-ciri seperti populasi.
Suatu sampel merupakan representasi yang baik bagi populasinya tergantung pada
sejauhmana karakteristik sampel tersebut sama dengan karakteristik populasinya.
Sebab analisis penelitian didasarkan pada data sampel, sedangkan kesimpulannya
kemudian akan diterapkan pada populasi, sehingga sangatlah penting untuk
memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Untuk itulah diperlukan
pemahaman mengenai teknik pengambilan sampel yang tepat.
6.
Dalam hubungan populasi dan sampel Prof. Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa
sampel ialah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu
penelitian, agar lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti dengan
istilah subyek dan objek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi
atau mencerminkan populasi secara maksimal tapi meskipun mewakili, sampel bukan
merupakan duplikasi dari populasi.
7.
Pada umumnya masalah sampling timbul pada penelitian yang bermaksud sebagai
berikut :
8.
Mereduksi obyek penyelidikannya, disebabkan oleh seringkali penyelidikan
tidak menyelidiki obyek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa melainkan
hanya sebagian saja dari obyek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
9.
Menginginkan untuk mengadakan generalisasi dari hasil penyelidikannya.
Mengadakan generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan terhadap obyek-obyek
gejala atau kejadian yang lebih luas dari pada gejala atau kejadian yang
diselidiki. Bagi mahasiswa atau seorang yang baru mempelajari metodologi
penelitian ditingkat awal harus menyadari betul bahwa sampel tidak dapat
merupakan duplikasi populasi, sebab ia tidak diperbolehkan untuk berpretensi
bahwa suatu sampel jika telah ditetapkan dengan cara tertentu pasti sudah
menjadi suatu cermin yang sempurna bagi populasi, artinya ia tidak boleh
meyakini bahwa sampel tidak mengalami kesesatan meskipun pengambilannya sudah
menggunakan metode-metode statistik tertentu. Adapun pengertian sampel secara
garis besar terdapat beberapa pengertian sebagai berikut:
10. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari
populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Artinya sampel ialah
sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
11. Sampel ialah sebagian individu yang diselidiki
12. Sampel ialah sebagian dari populasi yang
karakteristiknya ingin diselidiki.
Jadi dari beberapa uraian di
atas bahwa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi,
akan tetapi kesimpulan penelitian mengenal sampel akan digeneralisasikan terhadap
populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi akan membawa risika ketidak
tepatan, sebab sampel tidak akan mencerminkan keadaan populasi secara tepat.
Semakin besar perbedaan sampel dengan populasi maka semakin besar pula
kemungkinan kesalahan dalam generalisasinya. Banyak pertanyaan muncul mengingat
hasil penelitian selalu mempertanyakan apakah penggunaan sampel dapat dikatakan
mewakili seluruh populasi, padahal sampel hanya sebagian kecil dari keseluruhan
populasi. Sebab seseorang yang tidak memahami cara kerja metodologi penelitian
dan statistika cenderung tidak percaya. Sebagai akibatnya banyak pengambilan
keputusan yang ingin memuaskan ketidak percayaan tersebut dengan mengambil data
dari seluruh populasi. Meskipun seluruh populasi diterapkan sebagai responden,
maka teknik yang digunakan adalah sensus. Dengan teknik sensus maka akan
membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang cukup lama.
Sifat sensus yang seperti diatas tidak peraktis untuk pengambilan keputusan
yang bersifat terbatas. Perhatikan kasus poling percalonan presiden dengan
amerika serikat yang menunjukkan hasil poling pendapatan umum. Rata-rata setiap
pengambilan sampel hanya terdiri dari 1000 orang yang respondennya menunjukkan
hasil yang sama dengan saat diadakan pemilihan umum (sensus). Kenyataan ini
menunjukkan bahwa faliditas sampel yang tepat prosedurnya dapat dipercaya dan
hasilnya sama dengan pendapat masyarakat pada umumnya. Uraian tersebut
memperkuat argumen yang diperlukannya sampel dalam penelitian, mengingat
seorang peneliti tidak mungkin menanyakan seluruh populasi sebagai responden.
Dengan melihat kendala biaya dan waktu penelitian yang tersedia mendorong para
peneliti menggunakan pendekatan sampel. Persoalannya ialah bagaimanan
merumuskan kebijakansampel yang memenuhi persyaratan agar sampel benar-benar
mewakili keseluruhan anggota populasi.
Adapun sampel yang baik
harus mengandung dua kreteria yaitu kecermatan (Accuraty) dan ketepatan
(Precision). Kedua criteria ini sangatlah penting sebagai pertimbangan
pengambilan sampel agar dapat mewakili keseluruhan populasi yang ada. Unsur
kecermatan dalam pengambilan sampel dimaksudkan terhadap sesuatu yang diambil
oleh sampel tidak mengandung bias. Maksudnya, sampel tidak akan memberikan
reaksi yang terlalu berlebihan ataupun kurang. Jadi sampel dapat mewakili
populasi secara wajar. Reaksi yang berlebihan dapat timbul sebab responden
mempunyai kepentingan, sehingga memberikan tanggapan yang berlebihan. Sebaiknya
populasi yang disampaikan oleh responden menjadi sangat kurang sebab responden
takut atau tidak berminat. Kreteria ketepatan mengandung arti sampel yang
diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi. Sehingga aspek
ketepatan ini mengandung pengukuran standar yang dapat ditoleransi terhadap
kemungkinan kesalahan pengambilan sampel.
c.
Penentuan Sampel
Penentuan sampel sangatlah
penting perannya dalam penelitian. Berbagai penentuan sampel pada hakikatnya
ialah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini
dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang representative. Artinya sampel yang
benar-benar mencerminkan populasinya. Terdapat empat factor yang harus
dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yang harus di ambil sehingga
dapat di peroleh gambaran yang representatif dari populasinya. Keempat
factor ialah sebagai berikut :
1.
Tingkat keseragaman (Degree Of Homegeneity) dari populasi. Sehingga
Homogeny populasi itu makin kecil sampel yang perlu diambil.
2.
Tingkat presisi yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi tingkat
presisi yang dikehendaki makin besar anggota sampel yang harus diambil. Semakin
besar sampel akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang
didapat.
3.
Rencana analisis yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Terkadang
besarnya sampel masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin
diperlukan sampel yang lebih besar.
4.
Teknik penentuan sampel yang digunakan. Penentuan ukuran sampel dipengaruhi
oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Apabila teknik yang digunakan
tepat atau sesuati maka kerepresentatifan sampel juga terjaga. Teknik ini juga
tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan.
Akan tetapi harus diketahui
bahwa dalam masalah sampel ada yang disebut : Biased Sample : yaitu
sampel yang tidak mewakili populasi, atau disebut juga dengan “Sampel yang
nyeleweng” sedang pengambilan sampel yang menghasilkan sampel yang neleweng
disebut : Biased Sampling. Biased Sampling ialah pengambilan sampel yang
tidak dari seluruh populasi saja, tapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh
populasi. Sebagai contoh misalnya : mengadakan penelitian tentang penghasilan
rata-rata orang Indonesia, hanya diambil sampel yang kaya raya saja, ataupun
hanya yang miskin saja. Dengan sendirinya akan mengakibatkan adanya kesimpulan yang
nyeleweng atau disebut Biased Conclusion. Terdapat beberapa alasan tidak
semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat
diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hamper selalu hanya dilakukan
terhadap sebagian saja dari hal yang sebenarnya mau diteliti. jadi penelitian
hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Akan tetapi
kesimpulan penelitian mengenai sampel akan dikenakan atau digeneralisasikan
terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi mengandung risiko yang
terdapat kekeliruan atau ketidak tepatan, sebab sampel tidak akan mencerminkan
secara tepat keadaan populasi. Semakin tidak sama populasi dengan sampel maka
semakin tidak besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi tersebut. Sebab
hal itu teknik penentuan sampel menjadi sangat penting perannya dalam sebuah
penelitian. Beberapa penentuan penelitian sampel itu pada hakikatnya ialah cara
untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini
dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang representative, yaitu sampel yang
benar-benar mencerminkan populasinya. Diantara berbagai penentuan sampel yang
dianggap paling baik ialah penentuan sampel secara rambang (Random Sampling).
Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tapi
juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi computer telah
memungkinkan orang melakukan berbagai simulasi untuk membuktikan keunggulan
teknik pengambilan sampel secara rambang. Dalam penentuan sampel secara rambang
semua anggota populasi. Secara individual atau secara kolektif diberi peluang
yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel secara
rambang yang paling praktis (dan dianggap paling valid juga) ialah dengan
menggunakan table bilang rambang apabila besarnya populasi terbesar, peluang
rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara individual. Akan
tetapi apabila populasi tersebut sangat besar, sebaiknya peluang rambangnya
diberikan terhadap anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu
dilanjutkan dengan rambang individual. Meskipun teknik pengambilan sampel
secara rambang itu merupakan teknik yang terbaik, tapi tidak selalu dapat
dilaksanakan, sebab berbagai alasan. Terkadang orang terpaksa puas dengna
sampel rumpun (Cluster Sampel), sebab rumpun-rumpun yang merupakan
kelompok individu yang tersedia sebagai unit dalam populasi. Penelitian
mengenai murid sekolah biasanya tidak dapat menggunakan teknik pengambilan
sampel secara rambang, melainkan harus secara rumpun. Sehingga mendapatkan
peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secara individual, melainkan
sekolah (murid secara kelompok).
Sering kali terjadi sampel
yang diambil dari rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Hal yang
sedemikian disebtu penetuan sampel secara bertingkat (Stratifed Sampling).
Apabila dari kelompok yang tersedia diambil sampel yang sebanding dengan
besarnya kelompok dan pengambilannya secara rambang, maka teknik tersebut
disebut pengambilan sampel secara rambang proporsional (Proportional Random
Sampling).
Seperti telah disebutkan
tujuan berbagai teknik penentuan sampel itu ialah untuk mendapatkan sampel yang
paling mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut sampel yang paling
representative. Dalam penelitian terhadap sampel ciri represemtativeness sampel
itu tidak pernah dapat dibuktikan, melainkan halnya dapat didekati secara
metodologis melalui parameter-paremeter yang diketahui dan diakui baik secara
teoritis meupun secara eksperimental. Terdapat empat parameter yang biasa dianggap
menentukan Representativeness suatu sampel, yaitu :
a)
Variable lintas populasi.
b)
Besar sampel.
c)
Teknik penentuan sampel.
d)
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Variabilitas populasi dari
keempat parameter tersebut merupakan hal yang sudah “Given” yaitu penelitian
harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau
memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikan halnya penelitian
dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf Representativeness
sampel.
d.
Teknik Pengambilan Sampel
Pada dasarnya terdapat dua
macam teknik pengambilan sampel, yaitu teknik Random dan Non Random. Dalam
tulisan ini akan dijelaskan secara singkat keduanya untuk melaksanakan
penelitian sampling, sebagai berikut :
1)
Teknik Random Sampling.
Teknik Random sampling ialah teknik pengambilan
sampel dimana semua individu dalam populasi, baik secara individual atau
bekelompok diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau
acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas
prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab dipandang
sebagai teknik sampling paling baik dalam sebuah penelitian. Sampel yang diperoleh
secara rambang lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental sampel yang
diperoleh secara insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan prinsip ilmiah
yang baik.
Dalam praktek produser Random sampling meliputi
:
a)
Cara undian
Pengambilan sampel secara undian ialah seperti
layaknya orang melaksanakan undian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek, peristiwa atau kelompok
yang akan diselidiki.
2.
Memberi kode yang berupa angka-angka untuk semua yang akan diselidiki dalam
nomor 1.
3.
Menulis kode tersebut masing-masing pada selembar kertas kecil.
4.
Menggulung setiap kertas kecil berkode tersebut.
5.
Memasukkan gulungan-gulungan kertas tersebut dalam kaleng atau tempat
sejenis.
6.
Mengocok baik-baik kaleng tersebut.
7.
Mengambil satu persatu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
b)
Cara ordinal
Cara ini dilakukan dengan memilih nomor-nomor genap,
gasal, atau kelipatan tertentu. Langkahnya ialah : Membuat daftar yang berisi
semua subyek, obyek peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki lengkap dengan
nomor urutnya. Mengambil nomor-nomor tertentu. Misalnya nomor-nomor gasal semua
atau genap semua atau nomor-nomor kelipatan.
c)
Cara radomisasi dari table bilangan Random
Cara ini menentukan para peneliti untuk memilih anggota
sampel dengan langkah :
1.
Membuat daftar nomor dan nama subyek.
2.
Membuat table yang berisi nomor-nomor subyek.
3.
Menjatuhkan pencil secara sembarang pada petak-petak tebal yang berisi
nomor-nomor sampai diperoleh sebanyak anggota sampai yang dibutuhkan.
2)
Teknik Non Random Sampling
Teknik Non Random sampling ialah cara
pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi yang tidak semua anggota
populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Penelitian pendidikan,
psikologi, adakalanya menggunakan teknik ini, sebab mempertimbangkan factor
tertentu, misalnya umur, tingkat kedewasaan, tingkat kecerdasan dan lainnya.
a)
Macam-macamnya
Semua teknik sampling yang tidak tergolong dalam
random sampling adalah tergolong dalam jenis teknik sampling non random.
Macam-macam sampling dalam non random sampling ialah :
1.
Proportional sampling
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari
setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi
tersebut.
Cara ini dapat memberi landasan generalisasi yang
lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada apabila tanpa memperhitungkan
besar kecilna sub populasi dan setiap sub populasi.
2.
Stratified sampling
Teknik ini biasa digunakan apabila populasi terdiri
dari susunan kelompok yang bertingkat-tingkat.
Penelitian pendidikan sering menggunakan teknik ini,
misalnya apabila meneliti tingkat-tingkat pendidikan tingkat kelas.
Langkah-langkahnya ialah :
a)
Mencatat banyaknya tingkatan yang ada dalam populasi
b)
Menentukan jumlah tingkatan pada sampel berdasarkan proporsional sampling
c)
Memilih anggota sampel dari masing-masing tingkatan pada (a) dengan teknik
Proporsional atau Proporsional Random Sampling.
3.
Purposive sampling
Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat
tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut era dengan ciri-ciri atau
sifat yang terdapat pada populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi
ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi
dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.
4.
Quota sampling
Teknik ini menghendaki pengambilan sampel dengan
mendasarkan diri pada Quotum (di Indonesia = kotum). Peneliti harus terlebih
dahulu menetapkan jumlah subyek yang akan diselidiki. Subyek populasi harus
ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel.
Ciri pokok dalam quota sampling ialah abahwa jumlah
subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini ialah
para petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah kriteria-kriteria dalam
populasi sudah tercermin dalam sampel, sebabnya teknik ini kurang disukai.
5.
Double sampling
Teknik doubel sampling ialah pengambilan sampel
yang mengusahakan adanya sampel kembar, yaitu sampel yang diperoleh secara
angket (terutama angket yang diperoleh melalui pos). Dari cara itulah terdapat
angket yang kembali dan tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian
bagi angket yang tidak kembali dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua
ini berfungsi menceksampling pertama (yang angketnya kembali).
6.
Area probabilitu sampling
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang
mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi. Yaitu
daerah yang ada pada populasi di bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih
kecil.
7.
Cluster sampling
Teknik ini menghendaki adanya kelompok dalam
pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Jadi
populasi sengaja dipandang berkelompok, kemudian tersebut dicerminkan dalam
sampel. Perlu digaris bawahi bahwa dalam suatu penelitian seseorang boleh
menggunakan teknik area probability sampling sedang dalam menentukan obyeknya
digunakan teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area probability –
random sampling.
e.
Pengaplikasian Random Sampling dan Randon
Non Sampling
1.
Membuat table bilangan Random.
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
2.
Pensil jatuh pada nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 nomor-nomor itulah yang
dijadikan sampel.
Terbatas dari terbatas atau tidaknya populasi, maka Random
sampling dibedakan menjadi Random sampling tak terbatas, yaitu
populasinya yang sudah terdaftar secara keseluruhan tanpa pilih-pilih
berkesempatan menjadi angota sampel, tanpa menggunakan syarat tertentu. Oleh
sebab itu disebut dengan Random sampling tidak bersyarat. Sedangkan yang
lain disebut Random sampling terbatas atau Random sampling
bersyarat. Yaitu pengambilan sampel yang bukan dari seluruh daerah atau cluster
populasi.
3.
Contoh proposal random sampling ialah Penelitian mengambil 50 (lima puluh)
anak pandai dan 50 (lima puluh) anak bodoh dengan mendasarkan pada tingkat IQ
mereka, maka perbandingan kedua kelompok tersebtu disertai dengan teknik Random,
adakalanya tidak. Apabila teknik proporsional sampling disertai Random maka
disebut proporsional Random sampling.
4.
Contoh Stratifiet Sampling ialah Penelitian untuk
mengetahui prestasi belajar rata-rata suatu SMP, maka sampelnya ialah murid
kelas 1 kelas 2 dan kelas 3.
5.
Contoh purposive sampling ialah Penelitian mengenai pendapat masyarakat
untuk pengembangan pendidikan luar biasa (PLB) atau yang sekarang juga diberi
istilah pendidikan khusus. Mengambil sampel subyek masyarakat tersebut memiliki
ciri yang berbeda. Sampel yang diperoleh dengan teknik ini desebut Purposive
sampel.
6.
Contoh double sampling Pengambilan sampel pada Cross
Validitas sampel pertama menggunakan jumlah anggota yang lebih besar dan
pada sampel kedua yang berfungsi sebagai alat control. Sampel yang diperoleh
dengan teknik ini disebut kembar (Double sampel).
7.
Contoh area probability sampling ialah Meneliti masyarakat kota solo mengambil
sampel daerah pinggiran kota dan daerah tengah kota. Untuk mewakili daerah
tengah kota misalnya daerah kelurahan, keprobon, kauman, dan lainnya. Untuk
mewakili daerah pinggiran kota misalnya daerah kelurahan, kadipiro, kauman dan
lainnya.
8.
Contoh cluster sampling Pengambilan sampel untuk
meneliti mesyarakat solo misalnya, maka masyarakat solo dikelompokkan :
pegawai, kariawan, pedagang, petani, dan lainnya. Demikian telah dijelaskan
macam-macam teknik sampling dari penjelasan singkat tersebut diharapkan
peneliti dapat memilih teknik yang sesuai.
f. Petunjuk – Petunjuk untuk
mengambil sampel
1.
Daerah
generalisasi
Yang
penting di sini adalah menentukan terlebih dahulu luas populasinya sebagi
daerah generalisasi, selanjutnya setelah itu barulah sampelnya sebagai daerah
penelitiannya.
2.
Penegasan
sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila
luas populernya telah ditetapkan, haruslah segera diikuti penegasan tentang
sifat-sifat populasinya. Penegasan ini adalah sangat penting, bila menginginkan
adanya validitas dan reliabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu hatusnya
ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasinya, dan memberrikan
batas-batas yang tegas, barulah kemudian menentapkan sampelnya.
3.
Sumber-sumber
informasi tentang populasi
Untuk
mengetahui ciri-ciri populasi secara terperinci dapat diperoleh melalui
bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya : sensus
penduduk, dokumen-dokumen yangn disusun oleh instansi – instansi dan
organisasi-organisasi.
4.
Besar kecilnya
sampel
Mengenai
berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian, memang
tidak ada ketentuan yang pasti. Winarno Surachmad dalam “Dasar dan Teknik
Research Pengatar metodologi Ilmiah”, memberikan pedoman sebgai berikut
“Apabila populasi cukup homogen (serba sama), terhadap populasi di bawah 100
dapt dipergunakan sampel sebesar 50%, diatas 1.000 sebesar 15%. Memang
seyogiyanya jumlah sampel itu harus lebih banyak daripada sedikit/kurang. (Over
sampling is always better than under sampling).
5.
Menentapkan
teknik sampling
Harus
disadari bersama bahwa didalam masalh sampel ada yanng disebut: biased Sampel :
yaitu sampel yang tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan “sampel yang
menyeleweng” sedang pengambilan sampel yang menghasilkan yang menyeleweng
disebut : Biased Sampling. Biased Sampling adalah pengambilan sampel yagn tidak
dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah satu golongan populasi saja,
tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.
g. Hal-hal yang perlu mendapatkan
Perhatian dalam Penarikan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian sangat
bergantung pada populasinya, terbatasya waktu dan tenaga. Adanya 4 faktor yang
harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam penelitian :
1)
Derajat keseragaman
(degree of homogeneity) dari populasi. Makin seregaman populasi itu, makin
kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely
homogeneous), maka satu satuan elemen saja dari sepuluh populasi itu sudah
cukup representative untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak
sempurna (completely heterogeous), maka hanya elemen lengkaplah yang dapat
memberikan gambaran representative.
2)
Presisi
(Precision) yang dikehendaki dari peneliti. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki,
makin besar sampel yang harus diambil.
3)
Rencana Analisa.
Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang
dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah
sampel tersebut kurang mencukupi.
4)
Tenaga, biaya
dan waktu. Kalau mengingat presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar,
tetapi terbatasnya dana, tenaga dan waktu, maka tidak mungkin untuk mengambil
sampel yang besar dan ini berarti presisi akan menurun.
Pada dasarnya sampel dalam penelitian akan
memberikan keuntungan bagi peneliti dalam pencarian data yang detail dengan
analisa sasaran dapat tercapai, terutama dapat lebih menfokuskan pada objek
yang lebih kecil/sempit dan dengan harapan mewakili keadaan yang lebih luas.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Sampel ialah bagian dari populasi yang menjadi suatu objek penelitian.
Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut dengan “Statistik”.
Teknik Random sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua
individu dalam populasi, baik secara individual atau bekelompok diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel
Teknik Non Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang
tidak semua anggota populasi yang tidak semua anggota populasi diberi
kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Penelitian pendidikan, psikologi,
adakalanya menggunakan teknik ini, sebab mempertimbangkan factor tertentu,
misalnya umur, tingkat kedewasaan, tingkat kecerdasan dan lainnya.
MAKASIH MBK, SANGAT MEMBANTU SEKALI.
BalasHapus