Rabu, 27 Maret 2013

dating

(Aku bikin cerita ini cuma iseng-isengan aja. Semoga yang membaca terhibur, mohon mav kalo ceritanya tidak terlalu menarik, maklum masih amatir. Tolong koment  ya. Gamsahamnida ^^)
 maap ya cerita nya copas dri fb :(

 “Kayanya aku datang kecepetan dari perjanjian”. Sambil terus berjalan menaiki escalator kamumemandangi layar Hp mu. “baru jam 10 lewat 11 pantes aja belum dateng, kalo gitu aku nunggu di gramedia aja ah, lumayan sambil ngadem sambil baca”
Beberapa menit kemudian..
Kamu masih asyik mebaca buku , entah buku tentang apa itu. Tiba-tiba kamu kembali melihat layar Hp mu. “koq masih belum sms ya?? Aku sms duluan aja deh” setelah sms itu terkirim, kamu kembali sibuk dengan buku yang dipegangmu. Lalu, Hp mu pun berbunyi tanda sms masuk

Oppa udah nyampe nih kamu dimana??

aku digramed Oppa, dilantai dua  -  balas mu.

Ringtone tanda masuk sms kembali berbunyi

Oppa lagi di Foodcurt neh laper,kamu kesini aja.


Dengan bergegas kamu pun keluar dari gramedia dan kembali menaiki escalator menuju lantai 3. Sesampainya disana, kamu mulai kebingungan mencari sosok yang sedari tadi kamu  tunggu. Tiba-tiba matamu berhenti pada satu titik. “nah itu oppa” batinmu.
“hey..kamu udah lama?? Mau makan dulu ga??”
“ga ah, oppa aja yang makan. Aku udah makan sebelum berangkat” jawabmu
“yaudah kalo gitu sih. Ayo duduk dulu, mau nungguin oppa makan sambil berdiri??”
Sambil melirik melihat wajah orang yang kamu tunggu, kamu pun menarik kursi yang berhadapan.
oh god kenapa dia harus tersenyum jail seperti itu?? Hatiku jadi deg degan nih..” ucapmu dalam hati
Beberapa saat kemudian..
“bentar ya, oppa mau kekasir dulu”
Sambil tersenyum ia berlalu. “sumpah hari ini oppa cakep banget..  tuhan,debaran ini semakin tak terkendali” sembari memegangi dada, kamu pun menghembuskan napas.
Waeyo?? Kamu sakit??”
“Ga koq oppa, aku baik-baik aja.” Jawabmu meyakinkan.
“Nanti kalo kamu sakit atau kenapa-napa bilang aja ama oppa.”
Tiba-tiba biasmu meraih tanganmu..
hmmm… sekarang kita mau kemana nih??”
“terserah oppa aja” sambil tersenyum,kamu merasa tangan biasmu begitu kuat menggenggammu
“bener nih terserah oppa? Yaudah, oppa pengen ke timezone nih, kita maen-maen disana ya, gimana?”
“yaudah, yuukk.. “
Saat kalian sedang berjalan menuju timezone yang ada dilantai 4, tiba-tiba..
“eh eh.. bentar dulu deh, itu tempat photo kan?” tanyanya sambil menunjuk ketempat photobox yang sedang rame-ramenya
“iya oppa. Waeyo?”
“kita photo dulu ya”
“tapi oppa aku nya kaya gini ih,jelek”
“ga apa-apa, oppa berharap kamu hanya akan tampil cantik didepan oppa, bagaimanapun kamu, oppamenyukaimu” sambil tersenyum tulus dan memegang erat tanganmu ia juga mengedipkan matanya
“sepertinya aku akan pulang dalam keadaan tidak utuh, karna selama bersama oppa, aku lama-lama bisa meleleh” keluhmu dalam hati
“Yaudah ayoo”
Kalian berdua duduk-duduk dipinggir photobox.
oppa, yang ngantri banyak banget.” Keluh mu
“ga apa-apa ya, kalo kamu pegel, nanti oppa pijitin deh”
Saat kalian sedang menunggu giliran,Kamu merasa kalo semua orang yang berada disana memandangi kalian
oppa, koq aku ngerasa semua orang ngeliatin kita terus ya?” bisikmu
Lalu biasmu melihat kesekeliling dan berkata
Wajar aja, mereka heran. Koq bisa ya oppa bawa bidadari secantik kamu” tersenyum dan mengelus kepalamu
oppa apaan sih?” kamu tersipu malu sambil memukul pundaknya pelan
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya giliran kalian untuk diphoto. Saat berada didalam, kamu merasa canggung bisa begitu dekat dengan biasmu. Kamu kembali menghembuskan napas.
Waeyo?? Koq kamu malah bengong??”
gwaenchaniyo oppa, aku Cuma mati gaya nih” jawabmu
“yaudah, kamu tinggal ikutin oppa aja”
Akhirnya kamu pun mengikuti semua intruksi dari biasmu. Saat sesi photo terakhir, tiba-tiba biasmu berkata
“(nyebut nama kamu) coba kamu hadap sana” sambil memegang pundakmu dan mengarahkanmu
“senyum dong, jangan cemberut”
Kamu pun tersenyum sambil mengikuti apa yang biasmu ucapkan, tiba-tiba saat kamera siap untuk membidik dalam hitungan mundur, biasmu merangkulmu dari belakang. Kulit kalian saling bersentuhan, tangannya begitu lembut memegang tanganmu, hembusan napasnya begitu hangat dipipimu, kamu pun merasa kehangatan itu mengalir keseluruh tubuhmu.
“Tuhan,, jantung ini terasa berhenti berdetak” batinmu
Setelah selesai dan kalian sedang menunggu hasil photo, biasmu berkata
Mian tadi oppa ngerangkul kamu ga bilang, takutnya kamu ga mau oppa rangkul” jelasnya padamu
Kamu hanya tersenyum menandakan kamu tidak keberatan.
Setelah hasil photo itu selesai kalian kembali berjalan menuju lantai 4.
Sepanjang perjalanan biasmu terus memandangi hasil photo itu. Saat kalian sudah berada didepan pintutimezone, biasmu tidak berhenti, dia terus berjalan sambil memandangi photo.
Oppa… oppa…”  panggilmu, tapi biasmu tetap berjalan tanpa menghiraukan panggilanmu
Oppaaaaaa………….. mau kemana???????” teriakmu, hampir seluruh pengunjung melihat kearah kalian, tapi teriakanmu itu tidak sia-sia karena biasmu tiba-tiba berhenti dan berbalik melihat kearahmu sambil tersenyum.
Mian, oppa ga sadar kalo kita udah nyampe” jawabnya sambil tersenyum
Lalu, kalian pun masuk kedalam.
“Nah, sekarang kamu mau main apa??”
“Loh, kan oppa yang ngajak aku, oppa yang nentuin dong.” Jawabmu
Ne, oppa yang nentuin.” Biasmu pun tersenyum
Lalu, kalian berkeliling dan memilih permainan. Saat kalian sedang bermain ada sekelompok  laki-laki yang terus memandangi kalian, kemana pun kalian pergi (didalam arena timezone) mereka terus memnadangi kalian, kamu pun merasa risih dan akhirnya kamu pun berkata pada biasmu
Oppa, aku koq merasa kalo ada yang terus ngeliatin kita ya??”
“Jeongmal??” biasmu pun melihat kesekeliling
Biasmu tiba-tiba menggenggam tanganmu dengan erat.
Waeyo??” tanyamu heran
Biasmu hanya tersenyum sambil terus melanjutkan permainannya.
“ini yang terakhir ya, abis itu kita pergi nyari makan”
Ne” jawabmu singkat
Setelah permainan itu selesai, biasmu langsung menarik tanganmu dan berjalan dengan cepat, kamupun kewalahan mengikuti lanngkahnya.
Oppa.. waeyo?? Pelan-pelan sih jalannya, aku susah ngikutin oppa” ucapmu, saat kamu melihat kesekeliling, kamu heran “ odie gamnika oppa?? Bukannya kita mau makan??” biasmu tidak menjawab, ia terus mempercepat langkahnya. Tiba-tiba biasmu menarikmu ke pass (ganti pakaian) “oppa.. mau apa??”
Sambil mengatur nafasnya, biasmu menjawab “ sepertinya, wartawan terus mengikuti kita”
jeongmal??” tanyamu tidak percaya
Biasmu hanya menganggukkan kepalanya.
“pantas saja oppa jalannya cepet banget” batinmu
Setelah beberapa detik biasmu keluar, “tunggu disini ya”
Tidak beberapa lama, biasmu datang membawakan pakaian baru, kamu pun hanya melihat pakaian itu,
“ayo ambil dan ganti pakaianmu, oppa juga udah ganti” jawab biasmu, tanpa ragu kamu pun mengambil pakaian itu, setelah berganti pakaian, kamu pun memakai topi juga.
“oke, cocok” jawab biasmu
Lalu kalian pun pergi menuju lantai 3
“kita makan dulu ya, oppa laper banget nih”
Kamu hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah kalian tiba disana, kalian pun duduk dan memesan makanan.
Mianhaeyo, jadinya kaya gini jalan-jalannya”
“ga apa-apa koq oppa, aku ga masalah” jawabmu sambil tersenyum
Pesanan kalian pun datang, dan kalian pun makan, setelah selesai biasmu mengeluarkan Hp nya dan tanpa sepengetahuanmu biasmu terus memotretmu, lalu biasmu tersenyum sendiri sambil terus melihat layar Hpnya.
Waeyo?” tanyamu heran
Gwaenchaniyo” jawab biasmu sambil terus tersenyum
Kamu pun pergi kekamar mandi meninggalkan biasmu yang masih  saja tersenyum. Saat kamu berada didalam kamar mandi, kamu pun bercermin dan ternyata “aiisshh,, pantas saja oppa terus tersenyum, ternyata dipipiku ada bekas eskirm, hahaha. Lalu kenapa oppa tertawa sambil memandangi layar Hpnya??Aiisshh.. oppa nakal” setelah kamu membersihkan bekas eskrim yang nempel dipipimu, kamu pun bergegas pergi menuju biasmu.
oppa, aku pinjem Hpnya” pintamu
Waeyo?”
Kamu hanya diam dan terus menatap biasmu
arraseo,, kayanya kamu udah tau deh, ga apa-apa kan??”
”Ya.. hapus!” jawabmu
“ga, kamu disini lucu banget”
Oppa.. hapus!”
“ga mau, ga apa-apa kan jarang banget Oppa liat kamu lagi kaya gini. Ya..”
Akhirnya kamu pun hanya mengangguk, sambil terus cemberut.
Aiissh jangan cemberut dong”
setelah selesai membayar makanan yang kalian pesan, kalian pun pergi menuruni escalator menuju tempat parkir.
Oppa antar kamu pulang ya”
Kamu kembali mengangguk tanpa berkata apa-apa. Lalu biasmu membukakan pintu mobilnya untukmu.Sepanjang perjalanan kalian hanya diam. Biasmu pun tak bertanya apa-apa.
“ya, kita sudah sampai” lalu biasmu turun dan kembali membukakan pintu untukmu
gomawo udah nganterin aku”
Ne, udah dong, jangan cemberut terus.”  Pinta biasmu
Kamu pun menatap wajah biasmu. Wajahnya terlihat sangat sedih. Akhirnya kamu pun tersenyum.
“Nah, gitu dong. Oppa kan seneng ngeliat kamu senyum gitu”
“yaudah ya, aku masuk dulu, oppa hati-hati dijalan”
Saat kamu hendak berjalan pergi menuju pintu rumah, tiba-tiba biasmu memanggil, dan saat kamu berbalik, biasmu langsung memelukmu begitu erat, kamu kaget banget dan ga bisa ngomong apa-apa. Setelah cukup lama memelukmu akhirnya biasmu melepaskan pelukannya dan berkata
Oppa lepasin pelukan ini bukan berarti oppa membiarkanmu pergi kepelukan orang lain, tapi tunggulahoppa, suatu saat nanti oppa bakalan datang memelukmu dan takakan oppa lepaskan, karna kamu hanyalah milik oppa”
kamu tersipu malu dan menganggukan kepala, lalu biasmu pun mengecup keningmu
Oppa pulang ya” lalu biasmu masuk kedalam mobilnya
“hey (nyebut nama kamu) jangan bengong dong”
Kamu lalu tersadar dan tersenyum pada biasmu. Sambil melambaikan tangan dan tersenyum, biasmu pergi.
Kamupun masuk kedalam rumah sambil terus tersenyum
Oppa, aku menunggu hari itu” ucapmu dalam hati dan pergi kedalam kamar.

Teori Kultivasi (Cultivation Theory)

       Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori komunikasi massa. Tokoh yang berjasa dalam Teori Kultivasi ini adalah Profesor George Gerbner. Teori Kultivasi pertama kali dikenalkan ketika Ia menjadi dekan Annenberg School of Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Teori ini juga dikembangkan oleh George Gerbner bersama Larry Gross. Teori ini berasal dari beberapa proyek penelitian skala besar berjudul "Indikator Budaya" di pertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini adalah "Living whit Television: The Violenceprofile", Journal of Communication. Tujuannya adalah untuk mengetahui efek atau dampak apa yang didapat penonton dari televisi.

       Gerbner dan Stephen Mirirai (1976) mengemukakan bahwa televisi sebagai media komunikasi massa telah dibentuk sebagai simbolisasi lingkungan umum atas beragam masyarakat yang diikat menjadi satu, bersosialisasi dan berperilaku.

       Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak Anda tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak Anda dengan televisi Anda belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya (nilai sosial) serta adat kebiasannya.

      Menurut Miller (2005: 282), teori kultivasi tidak dikembangkan untuk mempelajari "efek yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa menonton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang dengan melompat keluar jendela) melainkan dalam hal akumulasi dan dampak televisi secara menyeluruh, yaitu bagaimana masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup ". Oleh karena itu disebut 'Analisis Budaya'.

           Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli (1986) berpendapat bahwa meskipun agama atau pendidikan sebelumnya telah berpengaruh besar pada tren sosial dan adat istiadat, namun sekarang ini, televisilah yang merupakan sumber gambaran yang paling luas dan paling berpengaruh dalam hidup. sehingga televisi merupakan gambaran dari lingkungan umum kehidupan masyarakat.

         Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya televisi dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan "televisi adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi".

         Teori kultivasi ini di awal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya memfokuskan pada thema-thema kekerasan di televisi. Tetapi dalam perkembangannya, ia juga bisa digunakan untuk kajian di luar thema kekerasan. Misalnya, seorang mahasiswa Amerika di sebuah Universitas pernah mengadakan pengamatan tentang para pecandu opera sabun (heavy soap opera). Mereka yang tergolong pecandu opera sabun tersebut lebih memungkinkan melakukan affairs (menyeleweng), bercerai dan menggugurkan kandungan dari pada mereka yang bukan termasuk kecanduan opera sabun (Dominic, 1990).

        Bahkan dengan memakai kacamata kultivasi, ada perbedaan antara pandangan orang tua dengan remaja tentang suatu permasalahan. Melalui perbedaan kultivasi, orang tua ditampilkan secara negatif di televisi. Bahkan para pecandu televisi (terutama kelompok muda) lebih mempunyai pandangan negatif tentang orang tua dari pada mereka yang bukan termasuk kelompok kecanduan. Mengapa ini semua terjadi? Karena sebelumnya, televisi telah memotret atau selalu menampilkan sisi negatif dari orang tua. Misalnya, bagaimana mereka sering terlihat kolot dalam memahami dan menyelesaikan kasus yang berhubungan dengan anak muda. Seolah, para pecandu televisi ini tidak sadar bahwa televisi punya banyak pengaruh terhadap sikap dan perilaku mereka.

          Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Misalnya, tentang perilaku kekerasan yang terjadi di masyarakat. Para pecandu berat televisi ini akan mengatakn sebab utama munculnya kekerasan karena masalah sosial (karena televisi yang dia tonton sering menyuguhkan berita dan kejadian dengan motif sosial sebagai alasan melakukan kekerasan). Padahal bisa jadi sebab utama itu lebih karena faktor cultural shock (keterkejutan budaya) dari tradisonal ke modern. Termasuk misalnya, pecandu berat televisi mengatakan bahwa kemungkinan seseorang menjadi korban kejahatan adalah 1 berbanding 10, padahal dalam kenyataan angkanya adalah 1 berbanding 50. Ia juga mengira bahwa 20 persen dari total penduduk berdiam di Amerika, padahal senyatanya cuma 6 persen. Dengan kata lain, penilaian, persepsi, opini penonton televisi digiring sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi. Bagi pecandu berat televisi, apa yang terjadi pada televisi itulah yang terjadi pada dunia sesungguhnya.

      Program acara sinetron yang diputar televisi swasta Indonesia saat ini nyaris segaram, masing-masing sinetron membahaskonflik yang tidak jauh berbeda, seperti anak yang tertukar, amnesia, dan masih banyak yang lainnya.

       Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu menyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap yang sama satu sama lain.

        Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa sebagai agen sosalisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai apa yang disajikan televisi daripada apa yan mereka lihat sesungguhnya. Gerbner dan kawan-kawannya melihat bahwa film drama yang disajikan di televisi mempunyai sedikit pengaruh tetapi sangat penting di dalam mengubah sikap, kepercayaan, pandangan penonton yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

          Televisi, sebagaimana yang pernah dicermati oleh Gerbner, dianggap sebagai pendominasi “lingkungan simbolik” kita. Sebagaimana McQual dan Windahl (1993) catat pula, teori kultivasi menganggap bahwa televisi tidak hanya disebut sebagai jendela atau refleksi kejadian sehari-hari di sekitar kita, tetapi dunia itu sendiri. Gerbner (meminjam istilah Bandura) juga berpendapat bahwa gambaran tentang adegan kekerasan di televisi lebih merupakan pesan simbolik tentang hukum dan aturan.

        Dengan kata lain, perilaku kekerasan yang diperlihatkan di televisi merupakan refleksi kejadian di sekitar kita. Jika adegan kekerasan itu merefleksikan aturan hukum yang tidak bisa mengatasi situasi seperti yang digambarkan dalam adegan televisi, bisa jadi yang sebenarnya terjadi juga begitu. Jadi, kekerasan televisi dianggap sebagai kekerasan yang memang sedang terjadi di dunia ini. Aturan hukum yang bisa digunakan untuk mengatasi perilaku kejahatan yang dipertontonkan di televisi akan dikatakan bahwa seperti itulah hukum kita sekarang ini.



Sumber Referensi silahkan kunjungi
http://nurudin.staff.umm.ac.id/2010/01/21/teori-kultivasi-cultivation-theory/#more-91 
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kultivasi